Sabtu, 02 Maret 2013

SEJARAH PALEMBANG

                                                                   SEJARAH PALEMBANG PDF Print E-mail
PALEMBANG

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
  • Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
  • Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
  • Daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara
1256976844.jpgSriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.
Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

                                     SEJARAH EMPAT LAWANG

PDF Print E-mail
BUNDARAN EMPAT LAWANG

DASAR :
A. SEJARAH PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (GOVERNMENT OOSTKUST VAN SUMATERA SEJAK TAHUN 1823 SAMPAI DENGAN TAHUN 1918).
B. PENGKAJIAN / PENELITIAN DOKUMEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBENTUKAN KABUPATEN EMPAT LAWANG

  1. Bahwa, pada tahun 1823 Pemrintah Hindia Belanda menduduki dan menguasai Kesultanan Palembang yang paa waktu itu di pimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. Dimasa perjuangan ini sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan oleh Belanda ke Betawi/Batavia (Jakarta), selanjutnya beliau diasingkan ke Ternate sampai akhir hayatnya.
  2. Pada tahun 1825 pemerintahan Hindia Belanda membentuk Pemerintah Tingkat Keresidanan Palembang dengan Ibukota Palembang di bawah Pimpinan seorang Residen. Setelah terbentuknya Keresidanan Palembang, Pemerintahan Hindia Belanda mengatur strategi meluaskan wilayahnya melalui operasi militer.
  3. Pada tahun 1869 didalam Keresidenan Palembang terbentuk 7 wilayah yang amat kecil disebut afdelling, dimana afdelling Tebing Tinggi meliputi beberapa onder afdelling yang terdiri dari :
    1. Onder Afdelling Moesi Oeloe
    2. Onder Afdelling Empat Lawang
    3. Onder Afdelling Rejang
    4. Onder Afdelling Lebong

Dari ke-empat onder afdeling ini, yang masuk ke dalam wilayah kabupaten empat Lawang hanya onder afdelling Empat Lawang. Didasari oleh semangat ingin memajukan Daerah empat Lawang, pada tahun 1956 mulai timbul wacana untuk membentuk pemerintahan sendiri, pada tahun 1967 dan 1975 wacana untuk memekarkan daerah empat Lawang semakin kuat dan muncul kepermukaan. Sejalan dengan bergulirnya reformasi, keinginan untuk memekarkan daerah Empat Lawang semakin kuat. Pada tahun 1998 timbul aspirasi untuk membentuk Kabupaten Empat Lawang, melalui proposal yang kembali disampaikan oleh Forum Masyarakat Ulu Musi (FMUM) kepada ketua IKL4L Jakarta, yaitu Mayjen TNI Pur H.M. Gasyim Aman dengan judul “Empat Lawang Layak Menjadi Kabupaten”. Kemudian Forum Komunikasi Masyarakat Ulu Musi (FKMUM) yang menyampaikan karya tulis pada tanggal 10 Februari 2001 yang berjudul “Daerah Empat Lawang Berpeluang Menjadi Kabupaten”, lalu pada bulan Agustus 2002, kembali timbul aspirasi serupa di Lubuk Linggau melalui Forum Perjuangan Masyarakat Lintang Empat Lawang Lubuk Linggau (FPMLILL).
Menyikapi berbagai aspirasi yang berkembang di masyarakat, para tokoh masyarakat Lintang yang ada di Jakarta membentuk Forum Peduli Pembangunan Lintang Empat Lawang (FOPPLEL), dimana tanggal 14 Oktober 2002, keinginan menjadikan Lintang Empat Lawang menjadi Kabupaten. Hal ini di tuangkan dalam seminar sehari yang diselenggarakan kerjasamanya antara FOPPLEL, IKL$L dengan Pemerintah Kabupaten Lahat dengan tema “Peduli Pembangunan Masyarakat Lintang Empat Lawang”. Setelah selesai seminar, pada tanggal 14 Oktober 2002 malam, dengan berbekal semboyan “kalu Bukan Kito Sapo Agi, Kalu Bukan Mak Ini Kebilo Agi”, maka terbentuklah Forum Perjuangan Masyarakat Lintang Empat Lawang (FPML4L) yang diketuai oleh H.M. Sohid DJ, SH.
Setelah terbentuknya FPML4L untuk usaha pembentukan Kabupaten Lintang Empat Lawang semakin terarah. Mulai dari pertemuan akbar di Pendopo tanggal 31 Mei 2003 yang di motori oleh Ketua FPML4L Lahat dan dihadiri oleh IKL4L yang baru yaitu Mayjen TNI (Pur) H.A. Syarnubi Hasyim, MBA, Msc. Selanjutnya dukungan masyarakat untuk membentuk Kabupaten empat Lawang kepada Bupati Lahat disampaikan melalui Surat No : 15/FPML4L/VI/2003 dan Kepada Gubernur Sumatera Selatan melalui Surat Nomor : 135/806/I/2003 tanggal 21 Agustus 2003.
Pada tanggal 13 Mei 2003, Pemerintah Kabupaten lahat mengeluarkan Surat Nomor : 470/KEP/I/2004 tentang Pembentukan Tim Penyusun Rencana Pemekaran Wilayah Kabupaten Lahat. Selanjutnya menindaklanjuti rangkaian kegiatan pemekaran Kabupaten Empat Lawang pada Tanggal 25 April s/d 8 Mei 2004 DPRD Kabupaten Lahat melalui Sidang Paripurna III. Hasil sidang tersebut, DPRD Kabupaten Lahat menyetujui pemekaran Kabupaten Lahat melalui keputusan DPRD Kabupaten Lahat Nomor : 07 Tahun 2004 tanggal 8 Mei 2004. Selanjutnya pada tanggal 4 juni 2004 persetujuan DPRD Kabupaten Lahat disampaikan Gubernur Sumatera Selatan.
Pada tanggal 28 Juni 2004, persetujuan Gubernur Sumatera Selatan tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang keluar melalui saurat Nomor : 135/2527/II/2004, yang kemudian disampaikan DPRD Provinsi Sumatera Selatan.
Pada tanggal 31 Agustus 2004, DPRD Provinsi Sumatera memberi dukungan terhadap rencana pemekaran Kabupaten Lahat dengan Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Selatan Nomor : 9 Tahun 2004. Selanjutnya melalui proses perjuangan cukup panjang dari seluruh elemen masyarakat Lintang Empat Lawang, usul pemekaran Kabupaten Empat Lawang disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan DPR RI di Jakarta melalui Komisi II.
Sidang Pleno DPR RI pada Tanggal 8 Desember 2006 memberikan persetujuan pembentukan Kabupaten Empat Lawang melalui Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang di Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah terdiri dari :
  1. Kecamatan Muara Pinang
  2. Kecamatan Lintang Kanan
  3. Kecamatan Pendopo
  4. Kecamatan Ulu Musi
  5. Kecamatan Pasemah Air Keruh
  6. Kecamatan Tebing Tinggi
  7. Kecamatan Talang Padang
Selanjutnya pada tanggal 20 April 2007, bertempat di Griya Agung Rumah Dinas Gubernur Sumatera Selatan, Kabupaten Empat Lawang diresmikan oleh Mendagri Ad Interm Bapak Jenderal TNI (Purn) Widodo A.S, sekaligus melantik Bapak Drs. H. Abdul Shobur, SH. MM selaku Pejabat Lawang Bupati Empat Lawang. Kemudian disepakati Hari jadi Kabupaten Empat Lawang jatuh pada tanggal 20 April 2007.